PELAJARAN SENI BUDAYA MEMBATIK MUNGKINKAH?

 

PELAJARAN SENI BUDAYA MEMBATIK MUNGKINKAH?

(oleh: Sulistyowati)


Ada yang menarik di tanggal dua Oktober, tanggal yang tidak setiap orang tahu, tidak seperti tanggal 17 Agustus dari balita sampai lelita bisa menjawab kalau ada pertanyaan bahwa tanggal 17 Agustus itu hari apa? Tidak dipungkiri walau setiap orang Indonesia pasti memiliki baju yang terbuat dari kain jenis ini.  Namun banyak yang tidak tahu kalau tanggal dua oktober itu diperingati sebagai hari apa?

Bagi yang lupa atau bahkan tidak tahu patutlah diingatkan dan dikasih tahu bahwa tanggal dua oktober adalah hari batik nasional. Batik yang merupakan karya seni adi luhung bangsa Indonesia patutlah mendapat penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya dengan memberikan satu tanggal untuk menjadi peringatan bahwa batik dimiliki oleh seluruh etnik di indonesia. 

Tidak hanya orang Solo, Yogyakarta, Pekalongan, dan Madura saja yang memiliki ciri khas motif batik namun daerah-daerah lain seperti Palembang, Betawi bahkan Papua juga memeliki motif batik yang mengandung filosofi khas daerah yang mereka junjung tinggi. 

Motif batik Sidomukti. Batik ini tidak kalah populer dengan batik lainnya yang ada di Indonesia. Batik Sidomukti merupakan ciri khas dari batik Keraton Solo. Batik jenis ini biasanya dilukis menggunakan zat pewarna soga alam yang berwarna cokelat. Penggunaan warni ini menunjukkan batik Sidomukti termasuk jenis batik klasik. Motif batik Mega Mendung berasal dari Kota Cirebon, Jawa Barat. Batik Mega Mendung mengangkat motif awan mendung yang menyimpan makna mendalam. Motif batik Mega Mendung ditampilkan dengan tujuh gradasi warna yang berlapis. Secara etimologis kata 'Mega Mendung' dapat diartikan awan mendung. Awan mendung ini bisa menjadi penggambaran bahwa manusia dalam menjalani kehidupan harus selalu bersikap sabar, teduh, dan tidak mudah marah.

Memang tidak dipungkiri bahwa jaman dahulu kegiatan batik membatik hanya terbatas dalam keraton saja hanya diperuntukkan bagi para raja, pembesar keraton, dan bangsawan. Namun dengan seiring perkembangan jaman peruntukan kain batik tidak hanya untuk kalangan bangsawan tapi sudah dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat.

Terlebih setelah UNESCO dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah mengakui bahwa batik adalah Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada tahun 2009 penggunaan batik semakin masif tidak hanya di dalam negeri tapi sudah mendunia.  

Penggunaan kain batik tidak hanya sebatas digunakan untuk pakaian saja, tapi bisa dibuat tas, sepatu, hiasan dinding dan masih banyak lagi barang- barang kebutuhan rumah tangga yang terbuat dari kain batik, bahkan salah satu maskapai penerbangan swasta juga menggunakan nama batik. 

Batik awalnya hanya dibuat dengan tangan yaitu dengan sebutan batik tulis hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang tertentu yang memiliki ketrampilan membatik, tak heran karena prosesnya yang memakan waktu berhari-hari sampai kain batik tersebut bisa digunakan maka tak heran jika harga batik tulis harganya sangat fantastis. Tentu saja tidak setiap orang mampu membelinya. 

Dengan tidak mengurangi nilai estetika dari kain batik, akhirnya batik dikembangkan secara industri. Dengan tujuan agar batik bisa diperoleh dengan harga yang wajar agar setiap orang mampu memiliki dan bangga bisa menggunakannya sebagai baju pesta, baju kerja, baju santai maupun baju yang bisa meninabobokkan pemakaianya sebagai baju tidur (daster).

Dengan semakin merakyatnya kain batik, setiap sekolah, instansi ataupun organisasi-organisasi masyarakat semua pasti memiliki seragam kebesaran yang terbuat dari kain batik. Peraturan pemerintah daerah yang mewajibkan setiap siswa di daerahnya untuk menggunakan batik khas daerah dihari-hari tertentu, tentu sangat membantu tumbuh kembangnya para pengrajin batik lokal. 

Beberapa motif batik yang paling populer di Indonesia sperti yang di rangkum https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/10/02/10-motif-batik-populer-dari-berbagai-daerah, antara lain: Motif Batik Tujuh Rupa (Pekalongan),  Motif Batik Sogan (Solo), Motif Batik Gentongan (Madura), Motif  Batik Mega Mendung (Cirebon), Motif Batik Kraton (Yogyakarta), Motif Batik Simbut (Banten),  Motif Parang (Pulau Jawa), Motif Kawung (Jawa Tengah), Motif Pring Sedapur (Magetan), Motif Geblek Renteng (Kulon Progo) dan sebenarnya masih banyak lagi motif- motif lain  selain dari Pulau Jawa dan daerah-daerah lain di Indonesia.

Banyuwangi daerah paling ujung timur Pulau Jawa ini memiliki 44 motif batik. Salah satunya yang paling terkenal adalah motif Batik Gajah Oleng batik khas daerah Banyuwangi yang memiliki makna mengingat yang besar, mengingat akan kebesaran Tuhan pencipta alam semesta. Adapun motif -motif yang lain ialah, Kangkung Stingkes, Umah Tawon, Gedheg’an, Blarak Semplak, Gringsing, Semanggian, Sisik Papak, Kawung, Ukel, Moto Pitik, Paras Gempal, Srimpet, Wader Kesit, Sekar Jagad, Garuda Mungkur, Lakaran, Juwono, Alas Kobong, Gajah Mungkung, Sebrug Cacing, dan Kopi Pecah, Jarak Londo, Nogo Putri, Maspun, Betonan, Cemplongan dan Ulo Buntung, Totogan, Kelabangan, Jajang Sebarong (Pring Sedapur), Aseman, Beras Kutah, Dilem Sempleh, Galaran, Akar Gajah Oling Pelangi, Sekar Jagad Blambangan, Wahyu Tumurun, dan Kacaruk. Dengan sekian banyak motif batik yang dimiliki masyarakat Banyuwangi menandakan bahwa batik Banyuwangi tidak hanya merupakan sebuh perwujudan estetika dari ragam hias namun juga memiliki nilai-nilai yang sarat makna yang dianut oleh masyarakat Banyuwangi.

Warna batik khas bayuwangi dalam perkembangannya berani menampilkan warna- warna yang lebih berani (Ngejreng). "Orang bilang batik Banyuwangi itu ciri khasnya ada di pewarnaan yang cerah," ungkap Nungki Nurlaili Indriani, selaku kerabat dari pemilik batik Tatsaka Edy Fitriyanto.

Agar pesona batik Banyuwangi semakin moncer dan dikenal secara nasional maupun internasional pemerintah daerah mengadakan even untuk promosi dan pemasaran, secara rutin sejak 2013, digelar Banyuwangi Batik Festival yang mengangkat beragam motif batik Banyuwangi. Bentuk lain agar batik banyuwangi semakin membumi setiap memperingati hari jadi Banyuwangi seluruh pegawai baik negeri dan swasta selama satu bulan mengenakan baju batik khas Banyuwangi. Harapannya batik khas Banyuwangi bisa dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia tidak hanya kalangan tertentu atau yang pernah berkunjung ke Banyuwangi saja dan tentunya mudah untuk memperolehnya.

Harapan lainnya ada satu kebijkan dari pemerintah daerah terhadap dunia pendidikan yang mewajibkan pelajaran seni budaya salah satunya adalah kerajinan seni membatik agar kedepannya tumbuh generasi baru yang mampu mempertahankan dan melestarikan pembuatan batik tulis agar warisan budaya ini tidak hanya dimiliki secara industri dengan metode cetak, tapi dibuat dengan kerajinan tangan yang tentunya akan mempunyai nilai seni yang tinggi.  (Ls)


Profil Penulis:



Dra. Sulistyowati, M.Pd, Guru matematika MTsN 1 Banyuwangi , juga menjabat sebagai Kepala Perpustakaan Al Iqro' MTsN 1 Banyuwangi ini adalah Pegiat Literasi yang aktif menulis.Beberapa buku Solo dan Antologi berhasil dirilis, diantaranya buku solo berjudul Menggenggam Rindu. Karya terbarunya adalah novel apik berjudul Rembulan di Pucuk Cemara yang mendapatkan apresiasi positif dari Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banyuwangi.Beliau bisa di temui di MTsN 1 Banyuwangi, Jl. Mawar no. 35 Giri Banyuwangi selama Jam kerja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosialisasi Jejak Karbon Kita MTsN 1 Banyuwangi

Launching Madrasah Unggulan, MTsN 1 Banyuwangi Mendapat Dukungan Positif dari Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi

MTsN 1 Banyuwangi menerima kunjungan Tim Adiwiyata MI Darussalam 1 Kalipuro Banyuwangi.